Surga
Dibawah Telapak Kaki Ibu..
Oleh:Muhammad
Ichsan Madani.
Aku
adalah anak desa yang hanya tergantung pada ibuku saja. Karena suaminya telah menghadap Sang Khaliq sejak
aku masih berumur 5 tahun.Sejak saat itu hanya ibukulah yang membanting tulang
demi menghidupiku karena aku adalah anak semata wayang. Namaku Muhammad Nurdin
Mustofa. Kami tinggal disebuah desa yaitu desa Bonjeruk yang berada di
kabupaten Lombok Tengah. Saat ini aku bersekolah di sebuah Sekolah Menengah
Pertama yang satu-satunya di desa ini namanya adalah SMP Negeri 1 Jonggat yang
sekarang aku duduk dibangku kelas VIII.
Raga dan jiwa ini memulai hari Senin
minggu ke-2 pada bulan April dengan
suara kokokan ayam jantan yang membangunkanku dari peraduanku semalam. Jam dinding
kamarku menunjukkan jarum pendek pada
angka 4 dengan diiringi jarum panjang diangka 8 itu berarti sekarang sudah
menginjak pukul 4:40 pagi . Itu adalah hal biasa bagiku karena aku harus bangun
pagi-pagi untuk membantu ibu menyiapkan barang dagangannya karena ibuku adalah
pedagang gorengan keliling. Setelah membantu ibu, telinga ini mendengar adzan subuh telah berkumandang di masjid
. Aku segera mengambil air dari sumur untuk berwudhu guna mensucikan diri
sebelum mulai menyembah sang pencipta. Lalu aku segera memasang sarung dan
menggelar sejadah menghadap kiblat. Dalam sholatku aku berusaha sekhusuk
mungkin, demi memperoleh keridhoan maksimal dari Allah swt. Seusai aku
melaksanakan sholat aku menyempatkan berzikir dan berdo’a agar keluarga kami memperolah
rezeki dengan mudah dari Allah swt. Aku segera merapikan tempat sholatku dan
menyiapkan buku-buku pelajaranku yang tak sempat dirapikan semalam seusai
belajar.
Setelah semua beres aku segera menuju
sumur untuk segera membersihkan diri. Seusaiku mandi aku merasa terkejut karena
melihat waktu yang telah menunjukkan pukul 06:00.Itu tentu waktu yang tidak
pagi , karena aku harus menempuh
jarak yang jauh untuk tiba di sekolah. Aku segera
mengambil sepeda tua peninggalan ayahku dan berpamitan dengan ibu.Aku mengayuh
sepedaku bagaikan singa yang mengejar rusa.Agar tidak terlambat tiba disekolah
pagi ini aku melewati jalan pintas namun jalan pintas itu adalah pematang sawah
yang tidak terlalu lebar.
Aku melewati pematang sawah itu dengan kayuhah
sepeda yang pelan dan tenang karena jika tidak begitu bukan hal yang tidak
mungkin ban sepedaku akan tergelincir dan membuatku jatuh ke sawah yang penuh
dengan lumpur.Dalam lubuk hatiku aku menyemangatkan diri sendiri dan berkata”
ayo Nurdin kamu pasti bisa yang penting tenang” didalam hatiku juga tertanam
rasa takut apabila aku terjatuh dan tidak bisa bersekolah , karena bagiku
pendidikan adalah segalanya.Setelah melewati jalan pintas yang menegangkan aku
bertemu jalan raya yang tidak terlalu mulus dengan lubang disana – sini membuat
orang yang melewati jalan ini tak jarang dibuat terkocok perutnya.
Setelah menemui jalan raya tadi berarti
sekolahku tinggal beberapa ratus meter lagi.Hatiku tenang dan lega setelah
mengetahui bahwa gerbang sekolah belum tertutup aku segera melajukan sepedaku
dan segera masuk ke halaman sekolah.Kuparkirkan sepedaku di tempat parkir siswa.Aku
segera berlari bagaikan angin untuk segera sampai dikelasku karena hari ini aku
kena jadwal piket kelas. “Ahhh,selesai juga ..” ucapku lega.Setelah semua
temanku tiba dan akhirnya bel pertamapun berbunyi semua siswa segera ke halaman
sekolah karena hari ini ada upacara bendera.Dalam upacara tersebut aku marasa
prihatin dengan keadaan sekolahku yang jauh dari kata layak.Tembok sekolahku
banyak yang retak ,dan banyak atap yang bocor dan apabila musim hujan tiba,
maka proses belajar kami pasti terganggu . Hal itu merupakan hal yang maklum karena
mayoritas siswa disekolahku merupakan siswa kurang mampu, salah satunya aku.
Seusai upacara kepala sekolahku
mengumumkan adanya lomba cerdas cermat tingkat kecamatan yang akan dilakukan
seleksi di kantor desa besok sore , dengan uang pendaftaran Rp.25.000 dalam
hatiku tersimpan rasa tertarik untuk mengikuti lomba tersebut, namun ada hal
yang menghalangiku . Bagiku uang pendaftaran tersebut terlalu besar sementara
uang yang kubawa hanyalah 3000 rupiah dan uang simpananku di rumah hanya ada 5000
rupiah , itu berarti aku harus mencari uang tambahan sebesar 17000 rupiah lagi
, aku berfikir bagaimana cara untuk
dapat uang itu. Tidak mungkin aku meminta kepada ibu yang lelah seharian
bekerja.Saat pelajaran pertama dimulai aku masih memikirkan hal tersebut.”ya
Allah tolonglah hambamu ini ya Allah, Berikanlah hamba kemudahan untuk memperoleh
uang tersebut ya Allah, Amiin” Do’aku dalam hati. Sepulangku sekolah, aku segera mangambil
sepedaku dan bergegas pulang.Setibaku dirumah aku segera melaksanakan sholat
dan segera pergi mencari cara untuk menambah uang untuk pendaftaran lomba yang
diumumkan oleh kepala sekolah tadi.
Aku pergi ke sawah untuk mencari
inspirasi bagaimana cara dapat uang 17000 dengan cepat.Ditengah sawah ada
sebuah berugak kecil yang tidak terlalu terawat, Itulah istanaku .Karena aku
sudah menempati berugak itu sudah sejak aku masih kelas 5.Sambil menikmati
angin sepoy-sepoy ,aku terus berfikir bagaimana cara mendapat uang itu. Hatiku
merasa lega setelah teringat cerita almarhum ayahku ketika dia masih kecil
beliau pernah mencari uang dengan berjualan kayu bakar aku segera berlari
bagaikan kilat untuk pergi ke kebun dan mencari kayu bakar . Aku mengumpulkan
kayu sebanyak mungkin.”Aduh banyak banget nih kayu , kira-kira laku berapa
ya..?” ucapku senang dalam hati dan berharap mendapat rupiah dengan cepat.Aku
segera membawa kayu ini kesebuah rumah pembuatan dodol yang tak jauh dari
kebun.”permisi, bu, ibu..!” , panggilku si ibu pemilik usaha pembuatan dodol
tersebut , Aku terus memanggil ibu tersebut.”iya nak “ saut si ibu...”ini bu ,
saya mau jual kayu bakar”kutawarkan pada sang ibu,.. “wah banyak sekali
nak”ucap si ibu dengan heran...“iya, ini laku berapa bu..??” , tanyaku dengan
berharap agar dapat bayaran banyak.”oh, kalau ini 5000 dah sy kasih”jawab si
ibu dengan tenang.Aku bersyukur atas uang yang kuterima.Aku menerima uang
tersebut dengan perasaan sedikit berat karena masih terbebani sisa uang yang
harus kucari.Setibaku dirumah aku terdiam seribu bahasa karena bingung cara apa
yang harus dilakukan untuk mendapatkan sisa uang yang kubutuhkan.
Aku terus berdo’a pada Allah agar aku
diberikan rezeki kali ini.Ibukupun pulang , ia memandangiku dengan heran, lalu
ia berkata “Kenapa wajahmu kusut seperti baju belum disetrika.?”, aku malu
untuk meminta uang kepada ibu ,tetapi aku memberanikan diri untuk mengatakan
hal yang kusimpan dalam hati.”aku sedang bingung bu.”jawabku.”bingung kenapa.?
“Tanyanya lagi sambil mengelus kepalaku, “aku lagi cari uang bu, tinggal 12000
untuk daftar seleksi lomba cerdas cermat di kantor desa.” Jawabku sambil merunduk
dengan menampakkan wajah malu setengah kecewa.Ibupun cama menjawab “ooh”.Aku
merasa bingung , dan ibu langsung pergi keluar rumah.Saat adzan maghrib
berkumandang barulah ibu pulang ,kutanya dia “darimana saja bu, kok jam segini
baru pulang.?” , “kamu tidak perlu tau, ini uang untuk menambah uangmu, cukup
tidak.?”jawab ibu dengan senyum sambil memberikan beberapa lembar uang.Aku
masih penasaran, dari mana ibu tadi .Seusai sholat maghrib aku menanyakan lagi
kepada ibu , dari mana dia tadi.”ibu tadi habis menjual kain songket ibu kepada
bu Senim” ,jawab ibu lagi dengan tersenyum.Hatiku merasa haruh dan bangga mendengar semua pengorbanan ibu demi aku agar
bisa ikut lomba.Aku juga tersadar mengapa ada istilah ‘Surga Dibawah Telapak
Kaki Ibu’.
Setelah semua itu aku makin giat
belajar agar aku bisa lulus dalam seleksi di kantor desa basok sore.Setelah
terlalu lama belajar mataku terasa ingin menutup terus.Akhirnya aku memutuskan
untu segera tidur.Keesokan paginya aku memulai hariku seperti biasa . Setelah
semua urusan rumah beres aku segera berangkat sekolah.Disekolah aku mengisi
waktu luangku dengan belajar.Sepulangku sekolah, aku segera pulang dan meminta
do’a restu kepada ibu agar aku bisa lulus dalam seleksi nanti.Aku langsung
berangkat ke kantor desa .
Di kantor desa aku bertemu banyak
teman-temanku sesama peserta seleksi.Nyaliku sempat ciut karena pesertnya
banyak juga.Aku segera ketempat administrasi dan mengisi formulir peserta lomba
dan menyerahkan uang pendaftaran.Akhirnya semua peserta dipanggil untuk
melaksanakan seleksi.”ku masuki ruang seleksi dengan ucapan
Bismillahirrahmanirrahim”.Semua peserta mulai membuka soal yang telah dibagikan
sebelumnya.Aku menjawab soal- soal itu dengan tenang dan sabar.Ternyata akulah
peserta pertama yang selesai mengerjakan soal – soal itu. Seusainya aku segera
pulang dan menceritakan semua yang kealami kepada ibu.Pada hari berikutnya ,
saat aku berada di kelas aku menerima pengumuman bahwa aku dan 2 orang
temankuyaitu Imron dan Siska mewakili desa kami untuk lomba cerdas cermat
.Karena lombanya hanya tinggal 3 hari lagi, maka kami bertiga mendapatkan
pembimbingan khusus dari guru – guru kami disekolah.Aku terus mengisi waktu
luangku dengan belajar.Hingga akhirnya 3 haripun berlalu , dan lomba cermatpun
dimulai.
Walaupun dengan beberapa kekeliruan yang
kami buat, namun kami dapat melaksanakan lomba dengan baik dan tenang.Dari 15
pertanyaan yang dilontarkan , kami
mendapatkan selisih point yang sedikit dengan kubu seteru yaitu kami memperola
8 point sementara kubu seteru mendapatkan point 7. Maka kamilah yang menjadi
pemenang dalam lomba tersebut.Sorak-sorai penonton mengiringi kemenangan kami.
Teriakan penonton semakin kencang saat kami menerima hadiah berupa sebuah piala
bergilir dan uang tunai sebesar Rp.3.000.000.Uang tersebut kami bagi rata
dengan teman-temanku yaitu aku dapat satu juta ,Imron sejuta dan Siska
sejuta.Selain itu piala hasil kemenanagan kami diserahkan kepada sekolah.Seusai
merayakan kemenagan kami, aku segera pulang dan tak lupa membeli dua bungkus
nasi dengan lauk istimewa untukku dan ibu.Diperjalanan aku bertemu dengan
seorang nenek tua yang sedang meminta –minta.Hatiku merasa iba melihat nenek
itu dan aku segera memberikan sedikit uang hasil kemenanganku kepada nenek
itu.Selepas itu aku segera pulang dan memberikan uang hasil kemenanganku kepada
ibu .
Ibu memelukku sambil meneteskan air mata
berliannya. Keesokan harinya ibu ternyata menggunakan uang tersebut untuk
membeli sepasan anak kambing sebagai peliharaanya.
Dalam hatiku aku menanam
prinsip bahwa Ibuku Adalah Surgaku.....
Tidak ada komentar
Posting Komentar